PADDUPPA TO POLE

"DECENG ENRE'KI RI BOLA, TE' JALI TE' TAPPERE"
ungkapan inilah kiranya yang pantas saya ucapkan untuk menyambut segala niat baik saudara (i) yang mengunjungi blog ini. Semoga segala kebaikan tercurah kedalam jiwa para manusia yang tidak pernah melupakan kebudayaannya.

Duami uwala sappo,
Wunganna panasae,
Na belo-belona kanukue.

[Dua saja pagarku,
bunga nangka,
dan cat kuku.]


Aksara Lontara Bugis

Aksara Lontara Bugis

Senin, 18 April 2011

Konsep Hidup Orang Bone

PERANAN SIRI SEBAGAI BUDAYA PERKETAT KERUKUNAN BONE
MENINGKATKAN KESEJAHTERAAN RAKYAT BONE
Oleh H.Andi Abd. Rahman Nusu, S.Pd.
Anggota Tim Pakar Budaya Bone
            Semua bangsa yang sedang membangun tidak hanya mengarahkan tujuan kehidupannya pada kesempurnaan dibidang material, akan tetapi juga kepentingan rohaninya yaitu harkat dan martabat, harga diri atau siri. Bagi orang Bone, siri itulah memberi roch penggerak yang kuat untukbersedia hidup, berkorban dan mati demi Bone tercinta. Untuk memahami siri sebagai potensi dari aspek budaya Bone, kita perlu bercermin pada sejarah kebesaran Bone masa lalu, untuk dijadikan pedoman berkarya masa kini menuju masa depan Bone yang cerah gemilang.
INDIKATOR SIRI SEBAGAI VARIABEL POTENSI BUDAYA BONE
YANG AKAN DIKAJI (DIUKUR)

A.  ORANG BONE BERSEDIA HIDUP
Sikap hidup orang Bone warisan moral leluhur yang perlu dikaji :
1.    Dinamis aktif tumbuh berkembang, ulet, tangguh, tekun, berusaha, rajin bekerja, haram surut mundur pantang sebelum pulau idaman tercapai. Materi perlu namun harga diri diatas segalanya. Barang siapa yang malas, akan bodoh dan miskin akan terjerumus ke lembah budak atau ata. Prinsip hidup leluhur atau To Riolo, untuk tidak menjadi budak atau ata, harus rajin bekerja.
Dipesan dalam bahasa Bugis sebagai berikut :
MUCAU RESOKA   (kau ungguli saya dalam usaha)
MUCAU ANREKA   (kau ungguli saya dalam rejeki)
MUCAU ANREKA   (kau ungguli saya dalam rejeki)
MUPUATAKA          (kau akan perintah perbudak saya)
2.    Orang Bone merasa senasib, sependeritaan, dan saling kasih mengasihi antara sesame dalam hidup ini (SI ANRASA RASANG NA SIAMASE MASEI). Ini adalah perekat kerukunan.
3.    Orang Bone hidup saling mengembirakan,. Ia turut merasakan dalam suka atau duka (SIPAKARIO-RIO). Ini adalah perekat kerukunan.
4.    Orang Bone bersifat sosial pemurah, tidak saling menyayangi harta benda dalam batas-batas yang layak (TENG SICARINNAIYANG WARANGMPARANG ANGKANNA SITINAJAE). Ini adalah perekat kerukunan.
5.    Saling mengingatkan ke hal yang baik (SIPAKAINGE RIGAU MEDECENGNGE). Ini adalah perekat kerukunan.
6.    Saling maaf memaafkan dalam kesalahan. Maaf adalah perhiasan yang paling indah dalam hidup ini,  dan pintu reaeki dari ALLAH (SIADDAMPENGENG PULANAE). Ini adalah perekat kerukunan.
7.    Mangkau melindungi nyawa dan harta benda orang Bone dengan Pengadereng. Tidak tidur matanya mangkau, siang dan malam memikirkan kebaikan Negerinya Bone. Bukan kepentingan dirinya sendiri(NAKKAMASENG-NGI TAU MAEGANA) Ini adalah perekat kerukunan, menarik penggabungan Negara tetangga ke Bone. Tidak boleh ada aniaya dalam pagar adat Bone.
8.    Orang Bone, TO BONE (TOKESSING ALUSU) halus ahlak budi pekertinya (MALEBBII). Ia malu berbuat, bertingkah yang memalukan. Tak ada lagi gunanya hidup, bila rasa malu telah hilang atau ternodai. Ini adalah nilai nominal To Bone yang menarik simpati sehingga banyak teman.
B.  ORANG BONE BERSEDIA BERKORBAN
Telah tumbuh subur cinta kasihku kepada tanah leluhurku, Tanah Bangkal Bone yang keramat, sukar untuk berubah kecuali siput sawah telah bersayap kemudian terbang bagaikan pipit, baru mungkin rasa cintaku kepada Bone akan bergeser ke sudut yang lain. Berkorban apa saja, harta atupun nyawa demi Bone tercinta aku rela. Aku adalah orang Bone patriot, cinta Tanah Air, Abdi Negara, Abdi Bone (ATA MEMENG-NGA RI BONE). Aku bekerja dengan ikhlas bakti demi kebesaran dan kehormatan Bone. Aku tidak memikirkan harta benda apalagi uang, pangkat, atau jabatan. Kalau aku dipanggil baru menyahut, kalau aku disuruh baru memasang kuda-kuda berlutut bertanggungjawab sampai kepinggir langit, malu meninggalkan pekerjaan kalau belum selesai dengan baik. Uang atau harta memang perlu, namun satu yang setia lebih baik dari seribu yang durhaka, karena harga diri atau siri di atas segala-galanya. Wasiat To Riolo mengatakan : TARONA SIABBEBUKENG MANUKKU, SIAKKALOLOKENG ASUKKU, TAROI TELLENG LINOE, NAELO, LLARA PESONAKU RI MASAGALAE (ALLAH TALA), TANREREI ARAJANG MALEBBINA BONE.
Dengan sikap hidup orang bone. Sejati. Terkesan wasiat (TODDO PULI TELLARA, SINGKERU SILARIANG TEDDENG PABBUNGANNA) budaya leluhur (To Riolo) Bone mengatakan dalam bahasa Bugis (REKKUA TAKKALANI MALLEBBA SOMPE-MU MAKKANRE TONI GULING-MU MAUNO NAWUTTU ANGING MASSULILI MAKASSU-ASU, TAROI MARETTO PALLAJARENG-MU, MARUNRUNG MARUTTUNG SOMPE-MU, MALEBBIREKKO SABU RI TANGNGA DOLANGENG, NAELO GUNCIRI SORO MAPPOTTANANG, SANGADINNA TABBUTUPI RUPAMMU RI WIRINNA BETARAE).
C.  ORANG BONE BERSEDIA MATI
            Prinsip hidup orang Bone, hanya rasa malu hilang ternodai, maka lebih baik tidur di bawah tanah. Dalam budaya Bugis, leluhur mengajarkan (SIRIMI RIONRONG RI LINO-REKKUA TABBE SIRINI, MALEBBIRENNI RI AWANA TANAE RI ONROI). REKKUA NAPAMMALING-MALINGNI LINO, MABBOKO RI BONE, NATERI WARAMPARANG, AJU TABU’NI ASENGNA, NYAWA NARANRENG SUNGE NAKIRA-KIRA.
            Puang-Ta Arung Palakka mengatakan : ATA MEMENGNGA RI BONE artinya SAYA ADALAH ABDI yakni orang yang bersedia hidup, berkorban, dan mati demi Bone. Ia berjuang memanusiakan orang Bone dan Soppeng dari penjajahan kemanusiaan. Ia berhasil mempersatukan  Budaya Tanah Bugis (Sulawesi Selatan) melalui strategi politik perkawinan. Olehnya itu, tentang Budaya Tanah Bugis. Bone adalah standar (Latoa, 1985 : 6-74)
            Semangat patriot (Cinta Tana Bone) dan heroism (rela berkorban, rela mati, demi Bone) bergelora menyala di dada putra Puang-Ta Lapawawoi Karaeng Sigeri (Mangkau Bone ke-31) yaitu Andi Abd. Hamid Baso Pagilingi, Petta Ponggawae dalam Perang Bone melawan Belanda yang di kenal Rumpa’na Bone 1905. Maka lahirlah Sumpah atau Osong bahasa Bugis ITAWA MAI PONRATU ALLINGERENG MANGKAU’KU, TELLUI SIA KUTODDO PULI TELLARA :
1)      ATA MEMENGNGA RI BONE
2)      TAJAJIANGNGA RI PERI-NYAMENNA BONE
3)      TA ALASIKKA MANGKAU RI TENGNGA PADANG, MEWAI SIPOBALI LAPUTE MATA BALANDAE, PATOKKONGNGI SORONG PESSINNA BONE

4)      REKKO NAPASOROKA LAPUTE MATA BALANDAE RI ALAUNA  LONA, INANG KUPASANGMANENENNI SAMPU PUTE MALLONJO’KU KUPADDENGNGI-I SUNGE’KU MATTEKKA RI PAMMASSARENG.

Osong patriot, herois ini dalam bahasa Indonesia mengatakan :
DARAH BOLEH BERSIMBAH DI PUNGGUNG BUMI TANAH BANGKALA BONE YANG KERAMAT.
NYAWA BOLEH MELAYANG.
TULANG BELULANG BOLEH BERSERAKAN.
LEBIH BAIK MATI BERKALANG TANAH BONE.
DARIPADA HIDUP DI JAJAH (DI POATA) BERCERMIN BANGKAI TO BONE.
(POLO PA, POLO PANNI, MATE RI SANTANGI-KA MABBALU-I ARAJANG MALEBBINA TANA AMMEMANGEKU BONE UPOREN-REANGI-E)
      Bumi berputar, jaman berganti, seirama matahari terbit dari timur terbenam di barat, membuat bunga-bunga mekar kemudian layu dan jatuh. Itulah dinamika dan romantika hidup di dunia, semua dapat berubah. Tetapi semangat Jiwa Patriot, Herois To Bone, Semangat Siri bersedia Hidup, Berkorban, dan mati demi Bone tercinta, pantang, tidak boleh, kualat bila dirobah.
      Olehnya itu kami sebagai generasi Bone penerus perjuangan pembangunan, pembangunan nasional, pembangunan Bone seutuhnya. Harus menggelora di dada Semangat Siri warisan budaya leluhur sebagai cermin dari sejarah kebesaran Bone, untuk dijadikan pedoman menentukan arah tujuan perjuangan pembangunan Bone seutuhnya kedepan, demi kesejahteraan, kemakmuran, keselamatan nyawa dan harta benda rakyat Bone tercinta.
      Tidak boleh ada aniaya dalam pagar adat Bone. Ditolak oleh pengadereng keberadaannya sebagai ata ri Bone. Terkutuk sampai anak cucu. Dalam bahasa leluhur (TO RIOLO BONE) menyatakan PUPURU – KO SAREKAWA MUALLA MAILI MUAKATENI MARUNRUNG TEMMOMPO TEMMACOLLI-KO LATTU RI WIJA-WIJAMMU.

Watampone, 1 November 2006   

ATA LALLINRANG-NGE RI SALIWENG MPANUA
MABBUMPUNG RITANA ALAU
KONAWEI / KENDARI
SULAWESI TENGGARA

Anggota Tim Pakar Aspek Budaya Bone


H. Andi Abd. Rahman Nusu, S.Pd.

Tidak ada komentar: